Pulau Terlarang (Book Review)
Judul buku: Pulau
Terlarang
Penulis: Vasca Vannisa Penerbit: Mata Aksara Cetakan: I. 2018 Tebal: 258 hlm ISBN: 978-602-61295-9-8 |
“Kita selalu menerapkan
aturan dan prinsip untuk diri kita sendiri. Tapi kekhilafan tak terhindarkan
hingga terjadi sedikit kecelakaan. Kau adalah kecelakaan terindah dalam hidupku
....”
Satu kata; Complicated!
Membaca karya penulis cantik—yang juga
berprofesi sebagai DJ dan model—yang satu ini benar-benar menarik. Pertama melihat
judul yang tersaji, saya pikir ini karya fiksi yang akan menceritakan
hantu-hantuan. Apalagi ada label “Horor Suspense” pula di covernya. Namun ...
usai membaca ternyata kenyataan tidak sesuai ekspektasi saya. Jauuuh. Novel ini
nggak sesederhana novel horor pada umumnya. Kita harus membacanya hati-hati
biar tau ada apa gerangan sebenarnya di balik kisah yang terjadi di Pulau
Terlarang itu. Banyaknya labirin serta teka-teki bener-bener menuhin kepala ketika saya membaca novel ini.
Ada setidaknya 4 tokoh sentral di
novel Vasca ini. Mereka adalah Dela, Nia, Raja, dan Rian. Keempatnya
diceritakan mempunyai sifat dan prinsip yang berbeda. Dela adalah wanita anggun
berhijab, istri dari Raja. Sedangkan Nia dan Rian juga merupakan pasangan suami
istri, namun mempunyai sisi kehidupan yang lebih bebas dan liar. Kedua pasangan
suami istri itu memutuskan untuk melakukan liburan di sebuah pulau yang bernama
Pulau Sekam. Dan di sanalah satu demi satu rahasia terkuak. Ada tawa dan tragis
yang mewarnai kisah keempat tokoh utama.
Novel ini pace-nya lumayan lambat. Tapi memang itu sepertinya tujuan penulis
agar pembaca bisa menganalisa akan seperti apakah ending cerita ini. Saya
sebenernya suka dengan kisahnya. Namun ngerasa penyelesaiannya kurang greget.
Ibarat masakan, kayak kurang sedikit seasoning.
Makanan kalee ... Tapi kemampuan penulis dalam meramu cerita dengan unsur
psikologi yang kental ini, tidak dapat diragukan lagi. Cerdas dan elegan!
Untuk karya Vasca yang satu ini saya
beri 3.5 bintang. Saya berharap lebih pada endingnya. Misal ending yang bikin
lega usai membacanya. Tetep... saya sukanya yang happy ending. Apalagi ini melibatkan hubungan pernikahan. Ini soal
selera sih.
Bagi kalian yang suka dengan genre horor dan psikologi jangan segan
buat mengadopsi buku ini yaa, gaes ...
Comments
Post a Comment