Pemburu Halimun (Book Review)
Judul buku: Pemburu
Halimun
Penulis: Rezawardhana Penerbit: Dukut Publishing Surabaya Cetakan: I. Desember 2017 Tebal: 300 hlm ISBN: 978-602-97920-4-1 |
Sepintas melihat cover buku Pemburu Halimun, saya suka
desainnya. Antara kalimat pada judul, font, dan ilustrasi cover terasa pas saja
dilihat. Kisah dalam bukunya cukup berkesan bagi saya. Menceritakan tentang
pembunuhan berantai yang terjadi di kota Surabaya. Ada setidaknya 3 korban jiwa
yang disinyalir mempunyai keterikatan satu sama lain. Yaitu sama-sama pernah
berada di Pandora.
Cerita diawali dengan penemuan mayat Diana, kemudian, seorang
wanita yang melihat kekasihnya terjun dari balkon apartemennya, dan satu
kematian lagi yang dianggap polisi sebagai kasus pembunuhan yang cukup rapi.
Adalah seorang pemuda yang sangat berbakat dalam mengungkap
suatu kasus pembunuhan bernama Hilbram. Uniknya, Hilbram ini bukanlah polisi, intel,
detective, atau aparat penegak hukum lainnya. Melainkan, dia adalah seorang
dosen. Namun, Hilbram kerap kali menjadi langganan polisi untuk dimintai bantuan
ketika polisi menemukan kebuntuan dalam memecahkan sebuah kasus. Termasuk pada
kasus pembunuhan berantai yang melibatkan sebuah klab bernama Pandora.
Tokoh Hilbram adalah tokoh yang paling mendominasi di bagian
awal buku. Perlahan pembaca akan digiring menguak satu demi satu kabut yang
menutupi jejak si pelaku pembunuhan. Hingga si pelaku juga disebut sebagai “Halimun”
karena pandainya dia menyamarkan diri layaknya kabut. Dari narasi yang
dipaparkan penulis, Hilbram adalah sosok yang cerdas, cool dan cenderung cuek.
Jadi sudah pasti karakter seperti itu disukai banyak perempuan. Termasuk
beberapa karakter di dalam buku yang juga berperan dalam upaya pencarian si
"Halimun". Salah satunya adalah karakter Devina.
Saya terkesan dengan cara Reza memaparkan cerita dalam buku
ini. Terkesan runtut dan rapi. Lalu sebab akibat bagaimana peristiwa pembunuhan
itu dapat terjadi juga dijelaskan dengan baik. Bahkan bagaimana awalnya Hilbram
dan Devina dipertemukan juga disampaikan, sehingga chemistry keduanya sebagai
partner terasa pas.
Di pertengahan cerita sudut pandang beralih pada Wisang. Wisang
adalah seorang laki-laki yang tinggal di pemukiman tenang, yang tiba-tiba
penasaran terhadap tetangga barunya yang sangat mencurigakan. Di bagian ini,
pembaca sudah dibuat menebak-nebak, apakah si A ini pembunuhnya, atau si B,
atau mungkin si C yang tidak terduga. Suspense sangat terasa ketika Wisang
berada di rumah tetangga barunya, ingin menyelidiki siapa sebenarnya si
tetangga baru itu. Benar-benar sangat menegangkan. Saya sampai berpikir, apakah
Wisang ini akan menjadi korban selanjutnya? Namun ternyata tidak sesederhana
itu. Menginjak hampir di akhir cerita saya cukup kaget dengan plot twist yang
penulis buat. Sangat mengejutkan. Brilliant!
Sejatinya, gaung karya fiksi kriminal milik penulis dalam
negeri belum cukup terdengar di Indonesia. Padahal menurut saya tema seperti
ini sangat menarik. Dan banyak penulis novel kriminal yang menurut saya masuk dalam kategori bagus. Salah satunya Pemburu Halimun milik Rezawardhana ini.
Ketika membaca karya semacam ini, kita akan diajak ikut
menganalisa, menebak, serta menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi, siapa
pelaku kriminalnya, apa motifnya, dan serentetan pengetahuan seputar dunia
kriminal dari kaca mata aparat penegak hukum akan kita pelajari secara tidak
langsung. Reza melakukan riset yang baik dalam upaya menjadikan bukunya ini
tidak hanya sebagai media hiburan saja. Melainkan sebagai sumber pengetahuan.
That’s cool!
Saya sangat merekomendasikan buku ini pada teman-teman yang baru
ingin mulai membaca genre fiksi kriminal. Narasi yang rapi serta bahasa yang
mengalir, membuat buku ini enak untuk dibaca.
Untuk karya novel perdana Rezawardhana
ini, saya beri 4 ★★★★☆
Comments
Post a Comment