Psychopath Diary (Book Review)

Judul buku: Psychopath Diary
Penulis: Vasca Vannisa
Penerbit: Fatamorgana Publisher
Cetakan: I. Mei 2014
Tebal: 321 hlm
ISBN: 978-602-97292-5-2



“Pikiran manusia memang ajaib, kejahatan kecil membuatmu jijik dengan pelakunya, tapi kejahatan besar, akan membuatmu mengagumi sang pelaku.”

Pernahkah kalian mengagumi sosok seorang pembunuh, terlepas dari; itu adalah kegiatan melanggar hukum? Hmm... Terlihat sumbang bukan nadanya?

Saya selalu tercengang membaca ataupun menonton cerita fiksi bertema psychology. Salah satunya karakter psychopath atau pembunuh. Menurut saya penulisnya adalah seorang jenius yang mampu berperan menjadi—serta berpikir sebagai—si psikopat dalam bukunya, sehingga menciptakan karakter kuat. Tentu diperlukan riset mendalam untuk memaparkan hal tersebut. Dan di novel ini, Vasca berhasil memunculkan karakter itu. 

Psychopath Diary adalah karya ke-2 penulis yang saya baca. Dan secara pribadi, saya lebih suka dengan karya ini daripada yang sebelumnya saya baca. Keduanya memang bagus (read: Pulau Terlarang; Psychopath Diary), namun dalam Psychopath Diary penggambaran karakternya lebih kuat dan menuntaskan novel ini cukup mengaduk-aduk emosi saya.

Awal membaca, saya cukup dibingungkan oleh banyaknya karakter yang diciptakan oleh Vasca dalam bukunya kali ini. Namun kemudian ketika saya tau polanya, karakter utama yang ditonjolkan di sini ada dua. Yaitu; Alesa dan Zifa. Keduanya punya peran berbeda. Satu sebagai si pembunuh dan satu sebagai aparat negara yang menangani kasus pembunuhan berantai. Mereka sama-sama digambarkan sebagai perempuan tangguh. I love it! 

Dari awal hingga pertengahan halaman buku, tidak terlalu banyak kejutan. Emosi kita sebagai pembaca dipermainkan dengan karakter beranekaragam yang akan menggiring kita untuk berpikir; Siapa Norma? Kemudian, siapa Alesa sebenarnya? Dan motif apa yang membuat Alesa menjadi pembunuh? Yap, benar. Di awal sudah disinggung bahwa Alesa adalah psikopatnya. Namun sampai di pertengahan buku, rasa penasaran saya semakin memuncak. Kali ini mengenai bagaimana Alesa melakukan serentetan tindakan pembunuhan itu? Serta bagaimana dia memanipulasi para aparat dengan menjadi orang lain, dengan identitas lain pula. Kita akan dibuat menebak-nebak, si A, si B, si C, atau si D pembunuh sebenranya. Kemunculan Reynal dan Zifa, dua aparat kepolisian yang menangani kasus pembunuhan yang melibatkan nama Alesa, juga membuat cerita semakin seru. 

Saya suka dengan karakter Alesa di sini. Dia sangat cerdik, misterius, khas dengan ciri psikopat. Brilliant! Hingga di ending saya masih dibuat kagum dengan sosok Alesa yang serba tau ini. Vasca benar-benar menghidupkan sosok pembunuh yang cerdas, elegan dan berkelas. 

Banyak isu yang diangkat dalam novel ini. Tentang kesetaraan gender, tentang hukum rimba yang dilakukan pada pasangan muda mudi mesum tanpa landasan moralitas, tentang tindakan "premanisme" yang dilakukan para aparat terhadap terpidana perempuan, solidaritas sesama perempuan yang bahkan bisa menguapkan solidaritas antar rekan kerja seprofesi. Tentang bobroknya sistem keadilan, aparat yang doyan uang, si kaya yang selalu berkuasa, contoh kegiatan sok alim yang salah tempat (misal membawa nama agama tertentu di sebuah forum sidang, yang saya anggap juga sangat menggelikan). 

Saya suka cara Vasca menyelipkan semua isu itu di dalam karyanya. Terlepas itu fiktif atau terinspirasi dari kejadian aktual. Yang jelas, kisah si Alesa ini, sangat pas. Ada drama, ada romance, serta thriller dan suspense yang menegangkan. Saya sampai tertegun, bagaimana bisa penulis mengumpulkan bahan sebanyak ini dalam sebuah buku fiksi. Selama apa riset yang dilakukan? Seolah penulis benar-benar terjun langsung di dalam kisah ini. Pengetahuan penulis tentang hingar bingar dunia malam, tentang proses persidangan, tentang drama dibalik gedung aparat penegak hukum serta kokohnya bangunan berjeruji besi, juga tentang bahasa suatu budaya yang dituliskan dalam novel ini sangat detail. Typo yang bertebaran tidak terlalu mengganggu jalannya cerita.
Well done, Vasca vanisa!

Oh ya, novel ini termasuk ke dalam genre Thriller Dewasa. Jadi pembaca di bawah 21 tahun diharap menahan diri dulu untuk membaca! 

Untuk Psychopath Diary saya beri 4.5 ★★★★☆

Comments

Popular posts from this blog

Jurnal Risa - Teror Liburan Sekolah (Book Review)

Ne, Sajangnim! (Book Review)