The Life We Bury (Book Review)
Judul buku: The
Life We Bury
Penulis: Allen Eskens Penerbit: Noura Books Cetakan: I. November 2017 Tebal: 406 hlm ISBN: 978-602-385-298-7 |
Ketika sebagian besar
waktu dalam hidupmu membawamu pada peristiwa kelam yang penuh dengan; darah,
siksaan, baku tembak, jeritan tangis, dan mayat para sekutu maupun lawan yang
berserakan, mungkin sesudahnya kau tak akan sama lagi dalam memaknai hidupmu.
Setidaknya itu yang dialami oleh Carl Iverson dalam buku ini. Hingga pada masa
sesudahnya, bayang-bayang itu menghantui hidup Carl Iverson. Sampai dia didakwa
sebagai seorang pembunuh dan pemerkosa seorang gadis yang merupakan
tetangganya. Kemudian setelah 30 tahun berselang, Joe Talbert dipertemukan
dengan mantan terpidana Carl Iverson dalam keadaan yang memprihatinkan. Carl
dibebaskan dari penjara dan tinggal menghitung hari sisa usianya akibat kanker
pankreas yang menggerogotinya.
Lalu, adakah penyesalan dalam diri Carl semasa hidup,
saat pintu kematian sudah di depan mata. Atau justru sebaliknya, Joe Talbert
mengungkapkan "sesuatu" yang belum usai mengenai peristiwa pembunuhan yang
menyeret nama Carl Iverson. Tentang apakah benar pembunuhan itu dilakukan oleh
Carl, atau malah justru ada orang lain yang melakukannya. Joe Talbert berusaha
mencari tahu soal itu, sebagai bahan pembuatan biografi tugas kampusnya.
Sekilas kisah dalam
buku ini memang memilukan. Namun alurnya membuat kita merasakan sensasi yang
berbeda-beda saat membaca. Sesekali menegangkan, sesekali mengharukan, sesekali
mengejutkan, dan sesekali jengkel. Yap. Buku ini memuat banyak drama. Jadi saya
pribadi suka dengan kisah Carl dan Joe ini. Ada sedikit romance juga yang membuat
kisah dalam buku ini komplit.
Entah ini yang ke
berapa kali, saya kembali terkesan dengan karakter seorang pembunuh. Dalam cerita
ini karakter itu ada dalam diri Carl. Kisah hidup Carl yang dituliskan dalam
The Life We Bury ini lumayan menyentuh bagi saya pribadi. Hingga membuat rasa
penasaran memuncak tentang apa sebenarnya yang terjadi 30 tahun silam. Apa yang
melatarbelakangi Carl membunuh. Atau, kalau bukan dia pembunuhnya, kenapa dia
rela dan diam saja ketika didakwa dan dijerat hukuman penjara seumur hidup.
Kita sebagai pembaca akan dibuat menebak-nebak kebenaran di balik kisah si Carl ini.
Tidak hanya Carl tapi
setiap karakter dibuat demikian kuat oleh Eskens. Terutama Joe Talbert, karena
memang, narasi diceritakan menggunakan sudut pandang dia. Saya suka karakter
Joe dalam buku ini. Walau latar belakang keluarganya yang “berantakan” Joe
dipaparkan sebagai kakak yang menyayangi adiknya yang menderita autis. Joe juga
sangat peduli terhadap Carl, kendati laki-laki itu merupakan orang asing
baginya. Dia mati-matian mengungkap semuanya agar ada penyelesaian sebelum Carl
mengembuskan napas terakhir. Dan adanya tokoh Lila di buku ini juga memberikan
warna sehingga kisahnya tidak terkesan monoton, hanya seputar misteri
pembunuhan saja.
Di akhir kisah, sangat
khas dengan ciri novel mistery thriller, selalu ada twist yang keren. Dan ini termasuk
kisah happy ending juga. Benar-benar penuh dengan drama!
Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca!
4/5 ★★★★☆
Comments
Post a Comment